Jumat, 28 Januari 2011

Kearifan Lokal Masjid Agung Banten; Dari Perspektif Budaya, Agama, dan Hukum

Minggu; 02 Januari 2011

Pukul 10.40 WIB , Pelataran Masjid Agung Banten (di Banten Lama)


Hari ini adalah hari bersejarah bagi kami, para Peserta School of Writer (SOW) I IMM Ciputat  menurutku. Hari dimana kami semua dikumpulkan menjadi satu kelompok yang solid, untuk selanjutnya melakukan petualangan riset sebagaimana lazimnya komunitas penulis lakukan, sebuah kesempatan langka ke suatu tempat di bilangan Banten Lama tepatnya di Kota Serang. Menarik melihat cuaca pagi kala itu sangat mendukung kesuksesan aktivitas observasi kami. Setidaknya tak ada pertanda sedikitpun awan akan mengalami presipitasi (proses jatuhnya hujan air), karena tak kami temukan airmata lagit jatuh ke permukaan bumi.


Tanpa Terasa, rentang waktu perjalanan selama kurang lebih dua jam setengah lamanya telah menghantarkan kita pada objek tujuan pertama semula yaitu Masjid Agung Banten di suatu daerah yang konon masyarakat sekitar sini menyebutnya dengan istilah "Banten Lama", kota yang sarat akan makna nilai sejarah, baik secara instrinsik maupun ekstrinsik. Lantas dalam bathin logikaku berpikir bahwa kemungkinan terbesar yang utama dari pelatarbelakangan istilah Banten Lama tersebut dikarenakan beberapa hal, misalnya bila ditinjau dari  hampir seluruh tekstur bangunan disini yang masih  menggambarkan keadaan kehidupan pada zaman dahulu serta nilai artistik dengan nuansa tersendiri yang khas ditandai dari ke-eksistensi-an sebagian bentuk bangunan masih berdiri gapura-gapura penyambut tamu yang berkunjung datang di setiap halaman depan gedung-gedung pencakar langit tersebut.


Kami baru saja tiba di salah satu teritorial unik di Banten Lama, orientasi pandangan kami bersama adalah menara sebagai simbol tempat yang akan dituju. Namun belum sempat kaki kami ini melangkah kesana, dalam sekejap raut muka yang tersuguhkan dari berbagai ekspresi diantara kami seakan berubah menjadi sosok-sosok yang tengah terperangah akan menu yang ditampilkan disini. Layaknya sedang menikmati sebuah pertunjukkan akrobatik seorang badut dipentas ulang tahun anak-anak atau aksi spektakuler seorang magician Limbad di atas teatrikal panggung yang sedang mempertontonkan keahliannya yang di luar batas kewajaran manusia pada umumnya itu, membuat alis naik dan kepala manggut-manggut atau sesekali menggeleng-geleng ibarat tersihir dengan apa yang telah terjadi disekeliling keberadaan kami seturunnya dari Bus. Ribuan pedagang tumpah ruah, tersebar kedalam beberapa titik di seluruh penjuru areal yang luas sedang asyik menjajakan barang dagangannya masing-masing. Tak jauh dari sana, nampaklah ribuan pasang mata dengan penokohan yang aneka ragam rupanya ikut meramaikan keramahan cuaca siang itu. Derih suara riuh rendah seperti menyuluh menyapa terdengar di telinga.. sesekali beberapa pengasong, penjaja makanan, buah, juru kamera, dan sebagainya silih berganti menawarkan barang dan jasanya.


Metapora langit biru di atas sana disertai teriknya matahari yang begitu pekat serasa membakar sumsum tulang dalam tubuh, tak lantas membuat kami bergidik untuk semakin bergegas menuju hidangan pertunjukkan dan berjuta atraksi lainnya sambil mengira-ngira apa saja yang nanti akan diperlihatkan selanjutnya pada kami.


Seakan tenggelam dalam situasi, intuisi, dan keunikan struktur bangunan yang berdiri kokoh bertahun-tahun lamanya sedari tadi. Cukup menyiratkan satu sisi Kearifan Lokal Banten Lama yang tak pernah lekang oleh waktu ditengah-tengah arus globalisasi yang semakin tak teredam dibumi pertiwi. Sebuah media pembelajaran yang baik bagi kita sebagai generasi muda yang hendak melanjutkan tongkat estafet perjuangan bapak-ibu pahlawan bangsa dimasa lampau yang telah rela berkorban waktu, bahkan nyawa mereka sebagai wujud baktinya pada bangsa dan negara. kita sebagai agen of change dimasa akan datang sebaiknya dapat melestarikan serta dapat menjaga budaya lokal sebagai wujud kekhasan budaya tiap daerah dimana kita berpijak dan tumbuh..


Masih dalam nuansa historikal Banten Lama .. Memang tak begitu jauh jarak yang harus ditempuh dari areal parkiran dimana bus kami beristirahat sejenak sampai ke tujuan, dalam hitungan menit sampailah kita di dalam, dan nampaklah menara yang sedari tadi kita cari itu, ia berdiri mematung dengan kokohnya sebagai simbol penyangga atau penambah aksesoris pelataran masjid agung banten selain bangunan makam para pahlawan banten yang ramai dikunjungi ''para penggemar setianya'' . Tak boleh berleha-leha lebih lama, karena tugas telah menanti.. menyelesaikan riset observasi bagian dari tindak lanjut agenda SOW I kedalam bentuk ukiran pena diatas kanvas masa depan. Sebuah langkah awal Seorang Penulis amatiran yang sedang berjuang masuk kedalam dunia literasi yang sebenarnya. Menjadi seorang Penulis Profesional sekelas 'Andrea Hirata' ataupun 'Habiburrahman El-Shirazy' ataupun Mas 'Piet Khaidir Hitzbullah'  (seorang tokoh fenomenal bagi kita dengan intelegensia yang begitu mumpuni dibidangnya).


Banyak hal yang bisa kita dapatkan pada kunjungan kali ini. Setidaknya ada 3 Kata Kunci Utama yang patut digaris bawahi, diantaranya: Pembelajaran, Pengalaman, dan  Wawasan Budaya Lokal. Seperti Biasanya, sekiranya ada pun beberapa catatan khusus yang tak boleh luput dari pandangan kita. Diantara yang satu ialah bersinggungan dengan prosesi ritual berziarah ke makam-makam Pahlawan banten : Sultan Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Haji, dan kolega-koleganya.. Antrian panjang dari depan pintu masuk pelataran ziarah makam pahlawan dan sekerumunan lautan manusia yang berbaris tertib (meski tidak sesempurna itu) cukup mendeskripsikan latar tempat dan situasi kondisi seperti yang kita paparkan diatas, bahwa hampir semua pengunjung yang datang kesini (bisa jadi juga masyarakat setempat) menunjukkan mimik wajah yang diliputi antusiasme tinggi, tak mau ketinggalan untuk berapresiasi entah itu dengan dalih bentuk penghormatan pada arwah-arwah mereka yang telah mati ataupun hanya sebagai penuntas rasa penasaran yang memang sengaja memanfaatkan waktu liburnya bersama keluarga tercinta.. dengan selidik kucoba agak mendekat ke arah pintu masuk, terdengar sayup-sayup prosesi dzikir bersama mendoakan arwah-arwah pahlawan yang dipimpin oleh sesepuh setempat (menurut survei) yang kemudian di ikuti berbarengan oleh para penggemar ziarah makam didalam sana.. hemmm... ya ya..


Di sudut lain, kulihat disekeliling pelataran zona luar ziarah makam tersebut, banyak terpampang dengan jelas papan-papan himbauan untuk para pengunjung yang datang kemari, kemudian kubacakan satu persatu..

" Dilarang memberi imbalan atau shodaqoh kecuali ke dalam peti " (tertanda: Bidang kenadziran Masjid Agung Banten).

Selanjutnya di sisi lainnya kubacakan lagi sebuah susunan kalimat yang bertuliskan .. " Zona Bersih dari Rokok dan Pedagang Asongan ". hemmm... ternyata di tempat ini telah ada semacam budaya hukum yang coba ditransformasikan kepada masyrakat setempat. Mengupayakan budaya tertib hukum. Sempat terpanggut gerak kepalaku ini.. hingga akhrinya tak lama setelah itu kulihat masih dalam areal tulisan tadi beberapa pemuda (mungkin pengunjung pula) dan bapak-bapak separuh abad merokok dengan bebasnya tanpa aral apapun yang merintanginya..ditegurpun bahkan tidak. (hemmm...oke lah kalo begitu)


Sayang seribu sayang, waktu pun yang mengharuskan kita berkumpul dan bersiap-siap kembali ke bus melakukan seri petualangan menarik lainnya... ke tempat yang mungkin yang lebih menarik dari yang ini. di tengah-tengah kerumunan orang yang memadati jalan pulang kita kusempatkan sesaat tuk kroscek dan ricek melakukan INSES (Interview sesaat) dengan salah satu juru kamera dan penjaja makanan disana. Tersimpullah satu kata, dan semakin lengkaplah informasi yang kudapat.. bahwa Masjid Agung Banten ini ramai pengunjung dan penjual hanya pada akhir pekan saja atau bila waktu libur telah tiba... Waw,, Like This !!! (gumamku)





Created By :


_ Rafel Gun _

d:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar